Manajemen risiko merupakan suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia. Namun tidak sedikit dari banyak perusahaan besar yang mengalami kegagalan dalam manajemen resikonya. Saya mendapatkan tugas untuk menganalisa kegagalan manajemen resiko pada berbagai kasus besar didunia, salah satunya pada Long Term Capital Management (LTCM) yang merupakan perusahaan hedge fund terkenal yang diselamatkan oleh suatu konsorsium bank setelah terjadi volatilitas ekstrim pada bulan Agustus 1998 yang memusnahkan sebagian besar modal ekuitasnya. Pada tahun 1998, Long Term Capital Management (LTCM) ambruk menjalankan bisnis di Rusia. Padahal lembaga ini dikelola oleh 2 orang CEO peraih Hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 1997, Myron Scholes dan Robert C. Merton.
Untuk lebih lengkapnya, silahkan lihat dibawah ini.
Kegagalan Manajemen Resiko Pada Long Term Capital Management (LTCM)
Long
Term Capital Management (LTCM) adalah perusahaan hedge fund terkenal
yang diselamatkan oleh suatu konsorsium bank setelah terjadi volatilitas
ekstrim pada bulan Agustus 1998 yang memusnahkan sebagian besar modal
ekuitasnya. Pada tahun 1998, Long Term Capital Management (LTCM) ambruk
menjalankan bisnis di Rusia. Padahal lembaga ini dikelola oleh 2 orang
CEO kawakan peraih Hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 1997, Myron
Scholes dan Robert C. Merton. Awalnya, keberadaan hedge Fund hanya
bertujuan melindungi kekayaan (how you protect your fund) sebagai
pengalihan dana/bursa saham. Namun, seiringnya waktu kegiatan hedge Fund
berubah menjadi kegiatan mengandakan uang sebanyak mungkin dari
keuntungan membaca fluktuasi saham.
Pada
masa puncaknya LTCM memiliki asset under management (AUM) lebih dari
USD125 miliar, lebih dari dua kali cadangan devisa Indonesia. John
William Meriwether, yang dikenal sebagai trader obligasi bertipe
relative-value, yang menentukan nilai sebuah instrumen investasi relatif
terhadap instrument lain. Sebagai pemodal ia mengambil risiko kecil,
dengan misalnya mengambil posisi long di satu instrumen dan sekaligus
mengambil posisi short di instrumen sejenis atau derivatifnya. Itu
berarti bertaruh pada perbedaan harga kecil yang secara teori akan
mengalami konvergensi dalam jangka panjang.
Meriwether
(kelahiran 1947 in Chicago AS) adalah mantan kepala domestic fixed
income trading sejak 1980an dan vice-chairman Salomon Brothers pada
1988. Pada tahun 1994, Meriwether mendirikan Long-Term Capital
Management (LTCM) di Delaware tetapi pusat operasinya di Greenwich,
Connecticut. Membuat LTCM tampak akan sukses besar. Selain dikendalikan
Meriwether, hedge fund tersebut memiliki dewan direksi yang penuh
bintang yang terdiri dari trader berpengalaman dan akademisi mumpuni,
termasuk dua pemenang Nobel Ekonomi Myron Scholes dan Robert Merton,
serta David Mullins, mantan wakil ketua Dewan Gubernur Federal Reserve
yang menjadi mitra di hedge fund tersebut. Kredensial ini meyakinkan
banyak pemodal awal untuk menempatkan dana awal bernilai ratusan juta
USD dari para pemilik bisnis, selebriti dan bahkan pengelola dana abadi
universitas.
Strategi
investasi utama LTCM adalah transaksi konvergensi, transaksi lain yang
banyak dilakukan LTCM adalah membeli obligasi negara Italia dan menjual
kontrak berjangka obligasi negara Jerman. LTCM juga melakukan transaksi
arbitrage di derivative suku bunga, dengan harapan spread antara tariff
swap dan harga obligasi negara paling likuid akan menyempit. LTCM juga
berinvestasi di bursa berkanga dan pasar derivative surat utang.
Kemudian LTCM masuk ke pasar ekuiti. Pada 1997 LTCM menjual opsi indeks
ekuiti, dan meneruma premi besar. LTCM juga mengambil posisi spekulatif
di saham yang dalam proses takeover.
Sebuah
laporan ke SEC pada 30 Juni 1998 menunjukkan bahwa LTCM memegang saham
senilai USD541 juta di 77 perusahaan. LTCM juga masuk ke pasar sedang
berkembang, termasuk Russia. Sebuah laporan menyebutkan bahwa
investasinya di Russia menyumbang 8% dari nilai bukunya, yang waktu itu
bernilai USD10 miliar. Dalam teori, risiko pasar global tidak bertambah
dengan meningkatkan volume transaksi, asalkan LTCM tetap memegang
instrument likuid dan tidak menjadi begitu besar sehingga LTCM menjadi
pelaku dominant. Beberapa hedge fund telah menghadapi masalah ini dan
menurunkan ukurannya dengan memberikan uangnya kembali ke investor.
Sebenarnya,
investasi LTCM bervariasi tetapi temanya sama, konvergensi antara SUN
likuid dan instrumen yang lebih rumit yang memiliki kredit atau
likuiditas unggul. Namun akhirnya strategi tersebut menghadapi banyak
masalah di lapangan. Karena salah mengambil posisi, pada Mei dan Juni
1998 return LTCM masing-masing adalah -6.42% dan -10.14%. Kerugian ini
menyebabkan penurunan modal LTCM sebesar USD461 juta.
Namun,
LTCM mulai mengalami kesulitan pada 17 Juli ketika Salomon Smith Barney
mengumumkan rencananya melikuidasi posisi arbitrage suku bunga USD.
Sebagaimana ditulis Michael Lewis, mantan trader obligasi Salomon dan
pengarang buku Liar’s Poker, di New York Times, seluruh sisa bulan itu
NAB LTCM turun 10% karena Salomon Brothers menjual semua efek yang juga
dipegang LTCM. Akibat penurunan harga ini, LTCM harus melikuidasi
sejumlah posisi pada saat yang tidak menguntungkan dan menderita
kerugian lebih besar.
Kesulitan
LTCM bertambah sejak 17 Agustus 1998, ketika Russia mendevaluasi mata
uangnya dan mengumumkan moratorium utang baik dalam ruble maupun USD
senilai total setara dengan USD13,5 miliar. Dampaknya, banyak uang
Panas, yang sudah bergejolak Krisis Asia, mengalir ke instrumen yang
berkualitas, khususnya obligasi negara AS dan negara G-10. Istilah
teknisnya, ada flight to quality. Akibatnya, portofolio LTCM di Russia
menggantung di pasar, sedangkan nilainya cenderung menurun.
Di
dalam negeri, LTCM menghadapi persoalan tersendiri. Adanya flight to
quality membuat spread antara obligasi AS on-the-run dan off-the-run,
bukannya menyempit seperti yang diharapkan, tetapi malah melebar.
Sebegitu
jauh, Meriwether dan tim masih yakin akan logika yang mendasari
transaksinya. Mereka percaya yang mereka butuhkan adalah tambahan
kapital selama pasar global terdistorsi. Oleh karena itu mereka
menggunakan standby fasilitas untuk menutup kerugian sehingga mereka
bisa mpertahankan posisi tradingnnya. Namun demikian, posisinya terus
merugi.
Pada
1 September 1998 ekuiti LTCM anjlok menjadi USD2,3 miliar. Sehari
sesudahnya Meriwether mengedarkan surat yang mengumumkan kerugian besar,
yakni USD2,5 miliar atau 52% dari nilai tahun itu, dan menawarkan
pilihan untuk berinvestasi di LTCM dengan persyaratan khusus, yakni
tidak diizinkan menarik lebih dari 12% dari investasi mereka sampai
Desember. Pada akhir September 1998 nilai ekuiti LTCM turun menjadi
USD600 juta. Namun, portfolio tidak turun signifikan. Ini
mengindikasikan bahwa leverage semakin tinggi. Bank-bank mulai meragukan
kemampuan LTCM memenuhi margin call, tetapi tidak dapat melikuidasi
karena takut bahwa aksi itu akan menyebabkan krisis yang akan
menimbulkan kerugian besar di antara kinerja LTCM dan ini berpotensi
mengarah ke krisis sistemik.
Kesimpulannya,
LTCM mengalami kegagalan manajemen resiko akibat terlenanya pemilik dan
tim terhadap keberhasilan yang mengakibatkan mereka lengah dan
mengambil langkah besar tanpa memperhitungkan kerugian yang akan
diderita apabila terjadi kesalahan.
4 comments:
Mau mendapatkan pelayanan yang baik dan ramah???
Modal Kecil bisa mendapatkan hasil yg luar biasa...
Menarik sekali, perlu saya coba ini..
kebetulan lagi cara tentang hal ini.
Kabar Baik Untuk Para pencinta Game
Karena di Bulan januari ini Sudah keluar Game RPG Online Terpopuler Se-Asia
Penasarankan Game nya Seperti apa???
Kalian bisa dilihat game nya dari link di bawah yaaa
sengangat terus ngeblognya mazz..
Post a Comment